top of page

Indonesia: Warisan Budaya di Bumi Nusa Tenggara Timur

  • Writer: Krista Cahayani
    Krista Cahayani
  • Sep 29, 2019
  • 3 min read

Updated: Oct 16, 2020

Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan terdiri atas pulau-pulau. Latar belakang ini melahirkan keragaman yang sangat luar biasa. Baik keragaman suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, maupun kebudayaan. Masing- masing daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu kebudayaan tersebut berada di jantung Nusa Tenggara Timur, yaitu Kota Kupang.

Sebagai kota terbesar di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kota Kupang dijadikan kotamadya sekaligus ibukota disana. Tak hanya itu, kota di pesisir Teluk Kupang ini pun dikenal sebagai wilayah yang kaya akan suku dan budaya, salah satunya ialah suku Dawan. Suku yang menempati seluruh wilayah timor barat, tersebar di tiga kabupaten, yakni kabupaten Kupang, kabupaten Timor tengah selatan, dan kabupaten Timor tengah utara, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku dawan yang biasa disebut juga sebagai orang Antoni ini kebanyakan hidup di perdalaman. Mereka hidup sebagai petani dan hidup mereka sangat bergantung pada alam. Bahkan, menurut mereka, alam mamou mensejahterkan hidup, namun juga bias mendatangkan malapetaka.

Masyarakat suku dawan hidup dalam kelompok- kelompok berdasarkan marga. Setiap marga memilih adat istiadat masing- masing yang secara kebetulan marga tauho Suku Dawan yang ratusan tahun tinggal dan berkembang dalam wilayah Benteng None. Dalam benteng ini, masyarakat Suku Dawan menjaga keharmonisan dengan alam dengan menjalankan berbagai tradisi lisan dengan menggunakan bahasa ritual dalam upacara formal di masyarakat tersebut.

Banteng None menjadi salah satu wilayah tinggal Suku Dawan, tradisi serta budaya disana pun masih sangat kental. Beragam upacara serta tarian menjadi tradisi wajib jika ada pengunjung yang datang. Saat dipertemukan, pemimpin suku memberikan sirih dan pinang kepada pengunjung. Andreanus menjelaskan, timbal balik yang dilakukan pemimpin suku adalah sebagai bentuk suatu ikatan dan tanda persahabatan antara suku Dawan dengan pengunjung.

Di dalam kawasan Benteng itu masyarakat suku Dawan Marga Tauho menjaga keharmonisan dengan alam, yaitu dengan menjalankan berbagai tradisi lisan menggunakan bahasa ritual dalam upacara formal. Suku ini memiliki hubungan erat dengan ritus dan mitos pertanian yang juga berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional.

Salah satu ciri khas dari suku Dawan adalah bentuk rumahnya yang berbeda antara rumah perempuan dan rumah laki-laki. Rumah perempuan bernama Ume Kebubu yang melambangkan wanita orang Timor yang santun, bersahaja, merendah, dan tertutup auratnya sebagaimana dilambangkan dalam bentuk rumah adat Ume Kebubu. Sementara, rumah adat laki-laki bernama Lopo yang melambangkan sosok laki-laki yang terbuka, kokoh, dan sebagai tempat berkumpulnya keluarga yang dipimpin oleh bapak selaku kepala keluarga.

Lokasi ritual disebut Pene, yang artinya menara pengintai dari musuh lokal dengan tiang kayu di sebelahnya bernama toloeu. "Toleu" merupakan bahasa lokal dan masyarakat Dawan akan sembahyang jika tahun ini sulit mendapatkan makanan dan hujan tak kunjung turun.

Tak kalah dengan suku lainnya, kaum wanita suku Dawan Marga Tauho memiliki kebiasaan menenun yang kapas dan bahan pewarnanya benar-benar diambil dari alam. Hasil tenun itu nantinya akan dibeli tidak hanya oleh orang-orang Indonesia saja, namun juga turis asing banyak yang membelinya.



Selain itu Suku Dawan juga memiliki alat music tradisional yang cukup unik. Alat Musik itu dinamakan Leko Boko / Bijol terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat suku Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pemberi harmoni, sedangkan Heo berperan sebagai pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai pengisi (Filter). Nyanyian-nyayian pada masyarakat suku Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadian yang telah terjadi pada masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi (aktual). Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semacam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.



Banyak sekali kebudayaan yang sangat menarik, ritual- ritual yang sangat unik, yang kita tidak ketahui di dalam Suku Dawan yang berada di Nusa Tenggara Timur ini. Semakin kita mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia, justru kita harus semakin cinta terhadap negeri yang kaya akan kebudayaan ini. Kita sebagai generasi muda Bangsa Indonesia juga harus memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga serta melestarikan kebudayaan Indonesia. Semoga dengan artikel ini, dapat membuat kita menjadi lebih mengenal budaya Suku Dawan dan memperluas wawasan kebudayaan Nusantara.


Yorumlar


Follow me

© 2019 by Krista Cahayani
Proudly created with Wix.com

 

  • Instagram
  • White Google+ Icon
bottom of page